Dengan keanekaragaman budaya dan
warisan sejarah, Sumatera Barat terkenal dengan hingga pelosok dunia dengan
menyajikan hasil kekayaan intelektual budaya yang sangat mengesankan. Salah
Satunya adalah sebuah bangunan rumah gadang dengan tampilan terbuka (tanpa
dinding dan bilik) yang terdiri dari beberapa tiang yang menyangga atap Ijuak (ijuk/Sabut kelapa). Bangunan ini
dikenal dengan Balairung Sari, dimana pada sejarahnya Balairung sari dijadikan
sebagai balai adat tertua di Minangkabau untuk tempat bermusyawarah dan
bermufakat.
Bangunan ini didirikan oleh datuak
Tantejo Gurhano pada abad ke 15 yang merupakan balai adat Lareh Body Chaniago.
Dari bentuk arsitektur hampir sama dengan rumah Gadang Istano Basa Pagaruyung
yang memiliki gonjong, beratap ijuak,
dan memiliki tiang kayu yang menopang atap balai adat tersebut. Panjang
bangunan sekitar 18 meter dan lebar 4,4 meter membuat bangunan ini terlihat
lebih luas. perbedaan signifikan antara Istano Basa Pagaruyung juga terlihat
dari lantai, Istano dibangun begitu mewah dengan 3 lantai sedangkan balai adat
hanya terdiri dari 1 lantai saja.
Balairung sari ditopang tiang kayu
yang berjumlah 18 pasang tinggi tiang adalah 3 meter. Sedangkan tinggi panggung
adalah 1 meter diatas tanah. Keunikan bangunan ini juga terletak pada lantai
nya, dimana antara ruang (bagian satu tiang ke tiang yang lain) ke 9 dari kanan
(utara) lantainya terputus dan tidak menyambung dengan ruang berikutnya,
sehingga seolah-olah lantai bangunan terbagi dua sisi, yaitu utara dan selatan.
Bentuk atapnya bergonjong dengan
jumlah gonjong 6 buah dimana ijuk melambangkan ciri khas atap bangunan
tradisional di Minangkabau. Pada bagian ujung gonjong tersebut, terdapat bentuk
bulan dan bintang yang melambangkan nilai-nilai Islam yang menjadi landasan orang
Minangkabau. “Adaik basandi Syarak,
Syarak basandi Kitabullah” Syarak mangato, adat mamakai” merupakan kerangka
pola kehidupan bagi masyarakat Minangkabau, baik secara Horizontal yaitu kepada
sesama manusia, dan Vertikal kepada Tuhan sang Maha pencipta.
Filosofi dari bentuk bangunan
simetris dan meruncing di kedua ujung digambarkan sebuah kapal besar yang
menandakan bahwa bangunan ini sebagai pusat kehidupan masyarakat Minangkabau
serta sebagai perlambangan tempat berteduh dan berlindung mengarungi lautan
kehidupan. Sedangkan gonjong buah adalah tajuk pada haluan dan buritan perahu.
Dari pendapat lain mengemukakan bahwa motif dasar rumah adat adalah dari mana
sejarah Minang sendiri. Dengan adanya kata “Kabau” maka gonjong rumah gadang
diambil dari bentuk dasar tanduk kerbau.
Pasak secara filosofis menunjukkan
kebijaksanaan budaya dalam menjaga anak cucunya dari setiap potensi bencana
yang alam yang menimpa. Sejak dulu hingga kini, fungsi utama dari Balairung
Sari sebagai tempat berkumpul bermusyawarah bermufakat masih tetap digunakan.
Pasalnya berdialog, bermusyawarah mencerminkan jati diri masyarakat
Minangkabau. Selain itu bangunan ini juga memberikan daya Tarik wisatawan
edukasi bagi pelajar, mahasiswa dan penggiat budaya. Pada halaman belakang
bangunan terletak kolam dan beberapa gazebo
untuk wisatawan yang berkunjung, dapat dikatakan pula bahwa Bangunan
Balairung Sari ini bisa dikategorikan sebagai living Monument yang tak lekang oleh roda zaman.
Balairung sari telah ditetapkan
sebagai cagar budaya dengan nomor inventaris NCB.20100108.02.000402 berdasarkan
SK Menteri NoPM.05/PW.007/MKP/2010 yang mendapat pengawasan dari BPCB (Balai
Pelestarian Cagar Budaya) Batusangkar. Halaman dari Balairung Sari ini cukup
luas dengan rerumputan yang hijau dan asri, dulunya menjadi medan nan bapaneh untuk mengadakan
aktivitas di ruang terbuka dan bisa diisi dengan kegiatan atraksi kesenian
seperti randai, Tari, Selawat dulang, Rabab, dan lainnya.
Bangunan Balairung Sari tidak lepas
dari sosok Datuak Tantejo Gurhano yang banyak memberikan sumbangsih pemikiran
dan arsitektur rumah Minangkabau terutama di Pariangan. Beliau adalah tokoh
yang dihormati dalam masyarakat Minangkabau, karena warisannya yang besar
terutama dalam bidang arsitektur tradisional. Beliau juga berkontribusi dalam
model arsitektur rumah gadang yang ikonik dengan gonjong yang melengkung dan
elegan, dimana ini merupakan ciri khas rumah/bangunan Minangkabau. beliau juga
yang pertama menemukan ajang ajang olahraga pacu
jawi (sapi), dan sekarang makam beliau juga dijadikan warisan budaya dengan
panjang kuburan mencapai 25 Meter yang dinamai Kuburan Panjang.
Emoticon