BLANTERVIO104

Cerpen: MALAM DIBULAN JUNI

Cerpen: MALAM DIBULAN JUNI
Saturday, September 2, 2023

MALAM DIBULAN JUNI

COPYRIGHT : Bicarastory


Sebuah romance fiksi berlatar zaman kolonialisme

Dimana penokohan, waktu dan kejadian tidak nyata.

Hanya nama tempat yang berkaitan dengan sejarah

 

Alan merupakan Mahasiswa Universitas ternama di Belanda

Sebagai anak daerah, belajar ke luar negeri merupakan kesenangan yang tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata.

Alan belajar sejarah banyak peninggalan-peninggalan dari kampung halamanku tempo dulu ada disini.

 

     foto by : Ichsan Adityawarman

Satu kali Alan pergi ke sebuah museum terletak tidak jauh dari Universitas tempat dia kuliah

 Disana terdapat banyak jejak-jejak peninggalan masa lalu negara Belanda. Berbagai peninggalan masih tersisa seperti senjata masa lampau, patung, pakaian dan berbagai karya klasik dipamerkan disana. matanya terhenti pada sebuah lukisan,  yang bercerita tentang zaman pada masa kolonialisme eropa. Lukisan itu bercerita Masa kolonialisme negara Belanda menjajah Tanah airnya di bumi Minangkabau.

Tentunya dirinya merasa sedih melihatnya seraya berkata didalam hati “seandainya saja dahulu, aku ada disana dan ikut ambil bagian dalam melawan para kompeni itu” pungkasnya dalam hati.

SosokSosok lelaki tua tidak dikenal menepuk pundaknya kemudian, seraya berkata “apakah kamu ingin merubahnya?”

“Tentu saja, tapi mana mungkin bisa untuk dirubah, kejadian itu sudah terjadi beratus tahun yang lalu” jawabnya dengan menyernyitkan dahinya.

Lelaki itu mengajaknya kesebuah tempat. Diapun manut dan mengikutinya. Dengan rasa penasaran dalam hati dia berkata “mungkin saja bapak ini akan memperlihatkan lukisan lain yang mungkin saja lebih menarik.

“Nah silahkan masuk” pungkas bapak itu membukakan pintu.

Langkah demi langkah perlahan dia berjalan menuju pintu itu. Tidak sedikitpun ada rasa curiga baginya.

Pintu terbuka, cahaya-cahaya begitu menyilaukan. Matanya berkali-kali berkedip dan sesekali tangannya melindungi mata dari silauan sinar putih. namun sekejap kesadarannya menghilang

 Ujang, Ujang

Sesosok pemuda berpakaian tampak lusuh membangukan Alan dengan berkali-kali menepuk pundaknya. Matanya mulai terbuka, dia melihat sosok yang sama sekali tidak dia kenal menepuk pundaknya itu. Dia berkata “anda siapa?”

“Apo lah makasuik ang ko jang” ujar lelaki karena begitu begitu terkejut dengan respon adiknya. Alan begitu kebingungan, dia menatap jari jemari dikedua telapak  tangannya itu. Seraya berkata “ini dimana? Anda siapa?aku siapa”

“Ndeeh ujang, lai ndak lupo ingatan ang do, ko aden, uda wa’ang.” terdengar bahasa yang sangat akrab dikepalanya.

Sebuah keanehan, seperti memerankan seorang tokoh pada saat suting film masa lampau

 Dia melihat cermin di dalam Rumah, betapa terkagetnya dia ketika melihat wajahnya sama sekali tidak berubah, namun orang memanggil berbeda “ujang”

“kama dari tadi jang, amak ang lah maimbau juo” sesosok bapak-bapak yang menua menyapa

“Antah lah abak, dak obeh dirinyo surang dek e lai” ujar uda si ujang

“mano si ujang tu? Pulang dari surau mailang sajo” tiba-tiba sosok wanita tua datang

“ampun, ibuk siapo yo, bapak?”

“ndeeh anak durhako ang jaang....ndak tantu ang samo induak ang lai do” wanita itu berkata keras

Satu hal yang dia heran, kenapa wajahnya dikenali oleh orang tersebut, mereka bukan ibu dan bapakku, bahkan tidak mirip.

Seiring waktu ujang (Alan masa depan) mampu beradaptasi dengan lingkungan. dia adalah anak yang cerdas, sebenarnya ibunya ingin menyekolahkannya di sekolah “Belanda Batusangkar” namun hanya warga belanda dan kaum bangsawan yang boleh mengenyam pendidikan disana.

 Suatu kali ujang pergi ke pasar Batusangkar, dirinya melihat sesosok gadis manis rupawan sepertinya bukan merupakan gadis pribumi, melainkan gadis belanda. Mereka bertemu bertatap muka.

Gadis itu tersenyum kepadanya, dalam hati ujang berkata “mungkin saja gadis itu mau bertemu tapi malu”  Perlahan tapi pasti Ujang mengikutinya. Gadis itu tahu dia diikuti, tersentak dirinya terhenti dan bebalik arah gadis itu datang menghampiriku. Ujang kaget bukan kepayang, panik dan salah tingkah. Gadis itu menyapanya dengan bahasa belanda. “Syukurlah aku mengerti namun ada beberapa aksen lama yang belum sepenuhnya aku mengerti” pungkas dia.

Saya katrin, kamu?

 Alan (dia mengubah namanya dengan nama asli di dunia sebelumnya, agar orang belanda itu tidak curiga). Alan menyodorkan tangannya untuk bersalaman, dia tahu kalau ini sudah terlanjur basah. Dengan satu sentuhan, mereka sangat akrab, chemistry yang seperti tersusun rapi dalam dunia paralel penghubung antara dunia mimpi dan dunia nyata.

Sebuah mekanisme yang aneh dari aliran waktu, namun tuhan pasti tak pernah keliru. Singkat cerita, Ujang & Katrin menjadi akrab. Tak heran keakraban membuat merekahnya bunga-bunga cinta merona. Mereka menjadi sering bertemu diam-diam. Sepucuk surat demi surat dikirim ujang diletakan disebuah halaman belakang dekat tungku perapian rumah gadisnya itu.

Disebuah dangau dekat pematang sawah mereka  Jangankan berpikir untuk merangkulnya, memegang kelemutan tangannya saja bikin hatinya begitu bergetar. Begitu sebaliknya, Katrin tak kuasa tidak mampu menatap matanya Ujang. Sosok ujang yang berwibawa, tegas dan berani membuai matanya, katrin hanya diam membisu dibalik selendang sutranya.

 di dangau hamparan padi milik Ujang. Mere. Katrin tidak punya banyak teman di sekolahnya, beberapa memang terkenal angkuh, terlebih anak gubernur jenderal hindia belanda saat itu. Tapi katrin sangat disukai para lelaki belanda, paras yang cantik, hidung sedikit mancung, bibir yang mempesona. Namun katrin tidak menyukai beberapa lelaki hindia belanda tersebut.

Katrin juga sudah tahu aku adalah pribumi, namun baginya kepercayaan adalah hal utama, dia tidak memandang dari golongan mana, persis seperti ayahnya.

Katrin menawarkanku untuk bersekolah, dia memberi tahu ayahnya. Lalu ayahnya mengetesku seraya berkata “ sepertinya kamu cerdas darimana kamu dapat belajar bahasa belanda?”

Dengan cekatan katrin menjawab pertanyaan yang dilontarkan ayahnya “aku yang mengajarinya”

“oh, yasudah” saya akan pergi ke ibu kota dan bertemu dengan pengurus sekolah disana.

Alan bersekolah, ibunya sangat bangga dengan kedekatan putranya dengan gadis belanda itu. Baju dan peralatan sekolah sepenuhnya dibiayai oleh ayah katrin

 Alan begitu terampil dalam setiap pelajaran, mungkin karena dirinya yang asli sudah berada di tingkat universitas. Dalam pelajaran tersebut sama sekali tidak membuatnya bergeming.

Walau begitu alan menjadi korban bullying dari teman-temanya yang berkulit putih.

Katrin adalah satu-satunya teman akrab alan. Saat itu alan sudah sangat engenal katrin, sesekali alan ingin dirinya lebih dari teman dengannya. Namun katrin menolak, dia diam saja mengingat jurang pemisah antara dirinya dan alan begitu lebar.

alan kadangkala memainkan perannya sebagai orang pribumi. Dia sangat tahu bahwa dia bisa dimanfaatkan sebagai agen kompeni. Tentu melihat pergerakan pribumi melakukan pemberontakan kepada kompeni.

Alasan dari pejabat sekolah hindia belanda menerima alan adalah menggunakan alan sebagai agen untuk mengetahui pergerakan-pergerakan yang dilakukan oleh pemberontak. Tapi ayahnya katrin tidak menyetujui, namun yang berkuasa disana bukanlah ayah katrin.

tentu petinggi-petinggi hindia belanda sengaja menawarkan alan adalah agen. Mereka tahu alan adalah ancaman bagi mereka  bagi mereka Pilihannya hanya ada dua, alan dikendalikan atau diawasi. Bisa saja dia menjadi double agen oleh orang pribumi.

Memang berat menjadi alan, dimana dia juga diasingkan oleh masyarakatnya. alan kehilangan identitas dirinya. Sesekali belanda memberi upah begitu minim pada masyarakat, namun alan tidak dapat berbuat banyak.

Baca juga : Tuka Lapiak

Benar, malam hari pada awal bulan juni itu adalah malam mengerikan bagi alan

 Kaum pribumi melakukan penyerangan secara diam-diam ke benteng pertahanan belanda di van der capelen. Alan tidak mengetahui hal tersebut, dimana saat itu dia pulang belajar kelompok dengan katrin.

Masyarakat menggunakan senjata kurambiak menikam lawan. Namun suara bedil menggelegar memecah gendang telinga. Dari tragedi itu 10 korban meninggal dari kelompok pribumi dan 17 orang mati dari kompeni. Salah satunya adalah bapaknya alan.

Dari jauh Alan merintih dan menangis, seorang jenderal kompeni menghampirinya, dan beberapa kali menampar pipi alan.

“sadar nak, sadar” beberapa kali kata-kata itu terdengar, perlahan sayup, kedua mulai keras dan pada akhirnya teriakan itu membangunkan alan yang tertidur di ruangan staff museum”

Alan terkejut, ternyata itu hanyalah mimpi dia

“saya mendapati anda tertidur di lantai ruangan 6A, jadi saya membopong anda sampai kesini. Apakah anda baik-baik saja?”

Alan menjawab tepat  “saya baik-baik saja”

“minum lah dahulu, mungkin anda kurang istirahat” sambil menyodorkan teh panas

“Beberapa saat lagi museum akan ditutup” pungkas staff tersebut lagi

“Baik saya segera pergi dari sini”

“apakah anda tidak apa-apa, anda terlihat pucat, kenapa tidak istirahat disini saja dahulu” staf museum khawatir

“tidak, terima kasih, dan terima kasih juga atas semuanya”

“tidak masalah, sudah kewajiban saya”

orang-orang dimuseum satu persatu mulai meninggalkan ruangan

alan kembali menuju lukisan yang dia lihat terakhir. memandang lukisan itu, seketika Air matanya berderai, seolah rasa itu pernah dia alami bukan dialam mimpi.

Sosok wanita menghampiri sambil menertawakannya, “laki-laki kok cengeng”

Alan hanya cengengesan “lukisan itu mengingatkanku pada seseorang yang ayahnya ditembak mati oleh belanda.

“kisah si ujang kah? Dia adalah anak pribumi desa yang cerdas, dan dekat dengan anak perempuan pejabat belanda. Saya suka cerita itu, di literatur pustaka kota ada literatur tentang itu” pungkas wanita itu excited

Dejavu?

 Alan terkejut tentang cerita itu sama persis dalam mimpinya

“jadi setelah kejadian berdarah itu ujang meninggalkan benteng tersebut, dia kembali ke pemukiman pribumi. Dia merasa bersalah, namun yang sebenarnya bersalah adalah masyarakat sana yang melakukan pemberontakan tersebut”

“katrin” alan menyebut sebuah nama tokoh dalam cerita ujang

“iya saya katrin, kebetulan saya punya nama yang sama dengan tokoh cerita ujang” nyeletuk wanita itu lagi

“saya alan, apakah kita pernah bertemu, berkenalan, dan ngobrol sepuasnya sebelumnya?” alan memperhatikan gadis itu dengan seksama, gadis itu sangat mirip dengan gadis belanda yang dia kenal di mimpinya yang aneh itu.

“apakah alan menggoda saya” ekspresi arah terlihat diwajah katrin, tapi hanya selang beberapa saat katrin kembali tersenyum dan tertawa kecil. “bukankah kita baru berkenalan hari ini, jangan baper deh”

Alan yang awalnya bingung tersenyum kembali. mereka ngobrol panjang lebar sambil melangkah keluar museum. baginya apakah mimpi aneh itu adalah sebuah perjalanan waktu atau memang mimpi biasa. Atau sebuah dejavu atau sebuah pelajaran dari sang pencipta yang diperlihatkan kepada alan.

Ternyata katrin adalah orang Padang, dia hanya pergi berlibur ke belanda. Wajah oriental melayu mudah di recognize. Keakraban alan berlanjut pada sebuah pernikahan, sebuah janji suci yang dia ikat bersama dengan katrin yang dia temui di belanda.

-fin-

klik disini untuk dapatkan paket CCTV terbaik di Sumatera Barat
kata kunci : Malam dibulan juni, cerita pendek, romansa sedih, romanca masa lalu, budaya, penjajahan, glory, gospel, gold, cinta, benteng van der capelen, objekwisata, sumatera barat, blog, menulis, 

Share This Article :
Tukang Nulis

Hi, My Name is Mimin Martil, Seorang traveller dan suka menulis, bekerja sebagai freelancers dari tahun 2017 sampai sekarang.

TAMBAHKAN KOMENTAR

5242540319146397609