Mangrove : Pixabay
Namun, kadangkala pengelolaan yang salah kaprah dan tidak tahu tempatnya membuat ekosistim yang ada dipantai tersebut menjadi terganggu. Seperti penebangan dan pengrusakan hutan mangrove atau bakau. Biasanya pengerusakan ini terjadi dipesisir pantai manapun, alasannya cukup sederhana, hanya untuk membuka lahan wisata dan alasan lain. Hutan mangrove berfungsi untuk mencegah terjadinya intrusi air laut kedaratan, abrasi dan erosi dan manfaat lainnya. Namun karena kurangnya kesadaran masyarakat dan kurangnya pengawasan dari pemerintah setempat hal itu terjadi.
Pixabay
Mengenai hutan mangrove, sebenarnya jika masyarakat lebih berfikiran terbuka, mangrove bisa dijadikan objek wisata. seperti di Kawasan ekowisata hutan bakau Maron Edupark di Tugu semarang jawa Tengah pengunjung dimanjakan dengan hutan bakau yang asri, serta gumparan birunya laut. Hal ini karena kawasan tersebut begitu disiplin dan kreatif dalam mengelola pariwisatanya. Dengan membuatkan sebuah jembatan melintasi hijaunya hutan mangrove dan birunya laut kawasan ini menjadi bukti bahwa hutan bakau bukan pengganggu wisatawan.
Kenapa wilayah pesisir Sumatera Barat ini tidak mencontoh kawasan ini. Harusnya sebelum ada kebijakan pemekaran pemerintah harus membuat aturan-aturan yang akan diterapkan guna untuk menjaga ekosistem yang ada dikawasan tersebut. Dan harus ada sanksi yang tegas bagi oknum yang melanggar. Dan juga harus lebih jeli membuat sebuah planing perencanaan pembangunan infrastruktur didalam maket.
Segala sesuatu harus diperhitungkan agar tidak merusak ekosistim dan keindahan kawasan tersebut. Dan juga masyarakatnya harus di alokasi secara teratur agar nantinya kawasan tersebut mempunyai nilai jual yang tinggi. Serta yang lebih penting lagi pemerintah harus menghimbau masyarakatnya untuk peduli akan lingkungan. Agar nantinya Sumatera Barat menjadi primadona pariwisata yang indah kelak.
Emoticon